Kamis, 03 Juni 2010

Bunda Maria dalam Kalender Liturgi Katolik

Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah ada sejak zaman Gereja Perdana. Namun, karena suasana penganiayaan dan perlawanan yang kuat terhadap penyebaran agama Kristen pada masa itu tidak memungkinkan umat Gereja Perdana untuk memberikan penghormatan seperti yang kita adakan dewasa ini. Namun, bagaimanapun juga, penghor- matan kepada Bunda Maria sudah ada dalam liturgi, bahkan sejak sebelum Konsili Efesus (tahun 421).


MARIA: Persoalan yang tak pernah selesai?

Kita kenal ungkapan ini: "Bicara tentang Maria, tak akan ada habisnya!" Pada tgl 13 April 2001, ketika orang Katolik berbondong-bondong ke gereja untuk upacara cium salib, sebagian orang pergi ke satu tempat di Surabaya ini untuk melihat kebenaran berita "Maria yang menangis air mata madu". Berita ini tidak terlalu heboh. Mungkin karena orang mulai bosan dengan sensasi-sensasi seperti ini. Tetapi untuk saya, berita ini menarik buat direnungkan. Kenapa demikian? Karena belum selesai kita dikejutkan dengan berita: "Maria menangis air mata darah", tiba-tiba kita dihadapkan dengan berita "air mata madu". Lalu saya berpikir praktis: "Bunda Maria ini dari tahun ke tahun koq makin aneh?" Atau yang aneh itu siapa? Maria-nya atau orang-orangnya yang aneh? Menurut catatan sejarah gereja, sudah terjadi banyak penampakan Santa Maria. Ada yang sudah diakui secara resmi oleh gereja, yang lain masih dalam proses penyelidikan. Gereja selalu mengambil sikap "hati-hati", tidak terlalu cepat mengakui semua penampakan itu.


Mengapa Umat Katolik Berdoa kepada Santa Perawan Maria?

Banyak orang non-Katolik telah diajari sedari kecil untuk meyakini bahwa salah satu bukti nyata akan ketidakbenaran ajaran Katolik dapat dilihat dalam penghormatan yang disampaikan kepada Santa Perawan Maria dalam Gereja Katolik, dan dalam begitu banyaknya doa yang dengan penuh kepercayaan disampaikan kepada Bunda Maria oleh umat Katolik. Sementara itu, benar juga bahwa banyak orang non-Katolik, setelah mempelajari dasar-dasar kebenaran akan devosi umat Katolik kepada Maria, begitu terpikat olehnya hingga akhirnya mereka menjadi Katolik. Kebenaran tersebut sangat sederhana dan gamblang dan seluruhnya terkandung dalam dua kebenaran berikut.

Mengapa Kita Menghormati Bunda Maria?

Sepanjang bulan Mei, Gereja meminta kita untuk memberi perhatian secara lebih istimewa kepada Santa Perawan Maria, Bunda Allah. Bunda Maria sangat berarti bagi kita karena beberapa alasan:

MARIA, GADIS YAHUDI
Pertama-tama karena Bunda Maria adalah Bunda Yesus. Maria adalah seorang gadis belia, mungkin usianya masih belasan tahun, ketika ia menjadi Bunda Yesus. Kemungkinan besar Maria dilahirkan di kota Sepphoris, yang terletak di sebelah utara Palestina. Sepphoris adalah sebuah kota besar di mana bangsa Yahudi dan bangsa Romawi hidup berdampingan dengan damai. Sepphoris merupakan ibu kota Galilea. Kota itu memiliki banyak rumah yang indah dan bahkan sebuah gedung teater yang besar. Sepphoris hancur luluh dilanda gempa bumi besar ketika Maria masih kanak-kanak. Jadi keluarga Maria pindah beberapa mil jauhnya ke Nazareth, sebuah dusun kecil yang berpenduduk hanya 150 hingga 300 orang.

KONSTITUSI TENTANG LITURGI SUCI

KONSTITUSI TENTANG LITURGI SUCI

PAULUS USKUP
HAMBA PARA HAMBA ALLAH
BERSAMA-BAPA-BAPA KONSILI SUCI
DEI KENANGAN ABADI
KONSTITUSI TENTANG LITURGI SUCI

PENDAHULUAN

1.
KONSILI SUCI bermaksud makin meningkatkan kehidupan Kristiani di antara umat beriman; menyesuaikan lebih baik lagi lembaga-lembaga yang dapat berubah dengan kebutuhan zaman kita; memajukan apa saja yang dapat membantu persatuan semua orang yang beriman akan Kristus; dan meneguhkan apa saja yang bermanfaat untuk mengundang semua orang dalam pangkuan Gereja. Oleh karena itu Konsili memandang sebagai kewajibannya untuk secara istimewa mengusahakan juga pembaharuan dan pengembangan liturgi.

2.
Sebab melalui liturgi dalam Kurban Ilahi Ekaristi, “terlaksanalah karya penebusan kita”[1]. Liturgi merupakan upaya yang sangat membantu kaum beriman untuk dengan penghayatan, mengungkapkan Misteri Kristus serta hakikat asli Gereja yang sejati, serta memperlihatkan itu kepada orang-orang lain, yakni bahwa Gereja bersifat sekaligus manusiawi dan Ilahi, kelihatan namun penuh kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan namun meluangkan waktu juga untuk kontemplasi, hadir di dunia namun sebagai musafir. Dan semua itu berpadu sedemikian rupa, sehingga dalam Gerja apa yang insani diarahkan dan diabdikan kepada yang ilahi, apa yang kelihatan kepada yang tidak nampak, apa yang termasuk kegiatan kepada kontemplasi, dan apa yang ada sekarang kepada kota yang akan datang, yang sedang kita cari[2] . Maka dari itu liturgi setiap hari membangun mereka yang berada didalam Gereja menjadi kenisah suci dalam Tuhan, menjadi kediaman Allah dalam Roh[3] , sampai mereka mencapai kedewasaan penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus[4] . Maka liturgi sekaligus secara mengagumkan menguatkan tenaga mereka untuk mewartakan Kristus, dan dengan demikian menunjukan Gereja kepada mereka yang berada di luarnya sebagai tanda yang menjulang di antara bangsa-bangsa[5]. Di bawah tanda itu putera-puteri Allah yang tercerai berai dihimpun menjadi satu[6] , sampai terwujudlah satu kawanan dan satu gembala[7] .

3.
Oleh karena itu dalam hal pengembangan dan pembaharuan liturgi, Konsili suci berpendapat: perlu meningkatkan lagi azas-azas berikut dan menetapkan kaidah-kaidah praktis. Di antara azas-azas dan kaidah-kaidah itu ada beberapa yang dapat dan harus diterapkan pada ritus romawi maupun pada semua ritus lainnya. Namun kaidah-kaidah praktis berikut harus dipandang hanya berlaku bagi ritus romawi, kecuali bila menyangkut hal-hal yang menurut hakekatnya juga mengenai ritus-ritus lain.

4.
Akhirnya, setia mengikuti tradisi, Konsili suci menyatakan pandangan Bunda Gereja yang kudus, bahwa semua ritus yang diakui secara sah mempunyai hak dan martabat yang sama. Gereja menhendaki agar ritus-ritus itu di masa mendatang dilestarikan dan dikembangkan dengan segala daya upaya. Konsili menghimbau agar bilamana perlu ritus-ritus itu ditinjau kembali dengan seksama dan secara menyeluruh, sesuai dengan jiwa tradisi yang sehat, lagi pula diberi gairah baru, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan zaman sekarang.


BAB SATU – AZAS-AZAS UMUM UNTUK MEMBAHARUI DAN MENGEMBANGKAN LITURGI


I. HAKEKAT DAN MAKNA LITURGI SUCI DALAM KEHIDUPAN


5. (Karya keselamatan dilaksanakan oleh Kristus)


Allah menghendaki supaya semua manusia selamat dan mengenal kebenaran (1 Tim 2:4). Setelah Ia pada zaman dahulu berulang kali dan dengan pelbagai cara bersabda kepada nenek-moyang kita dengan perantaraan para nabi (Ibr 1:1), ketika genaplah waktunya, Ia mengutus Putera-Nya, Sabda yang menjadi daging dan diurapi Roh Kudus, untuk mewartakan Kabar Gembira kepada kaum miskin, untuk menyembuhkan mereka yang remuk redam hatinya[8] , “sebagai tabib jasmani dan rohani”[9] , Pengantara Allah dan manusia[10] . Sebab dalam kesatuan pribadi Sabda kodrat kemanusiaan-Nya menjadi upaya keselamatan kita. Oleh karena itu dalam Kristus “pendamaian kita mencapai puncak kesempurnaannya, dan kita dapat melaksanakan ibadat Ilahi secara penuh”[11] .
Adapun karya penebusan umat manusia dan permuliaan Allah yang sempurna itu telah diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama. Karya itu diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paska: sengsara-Nya yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan. Dengan misteri itu Kristus “menghancurkan maut kita dengan wafat-Nya, dan membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya”[12] . Sebab dari lambung Kristus yang beradu di salib muncullah Sakramen seluruh Gereja yang mengagumkan[13] .

EVANGELII NUTIANDI

(Imbauan Apostolik dari Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil dalam Dunia Modern)
Pendahuluan
Situasi dunia modern sekarang ini ditandai dengan carut-marut centang perenangnya nilai-nilai moral kemanusiaan yang serba permisif, pragmatis dan praktis mengakibatkan terjebaknya kehidupan manusia ke dalam hidup yang serba instan-gampangan yang ujung-ujungnya manusia menjadi teralienasi. Manusia tidak sadar akan hakekat dan martabat yang disandangnya yakni Citra Allah, makhluk tertinggi yang ada di atas muka bumi ini.

Situasi ini muncul disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya kemajuan Iptek yang demikian pesatnya yang perubahannya perlu perhatian ekstra agar bisa tetap bisa mengikuti (up to date). Dunia telekomunikasi terutama internet menjadikan dunia ini sebagai global village yang mampu meruntuhkan tembok-tembok dan sekat-sekat yang menjadi pembatas yang membedakan aku dan dia, kami, kita dan mereka. Melalui kecanggihan internet, kehidupan bisa dianalogikan dengan pasar swalayan yang menyediakan segala macam barang. Orang tinggal ambil apa yang menjadi kebutuhannya. Meski tidak jarang orang pun mengambil tanpa menyadarinya apakah barang ini atau itu benar-benar ia butuhkan. Yang penting keranjang belanjaannya terlihat penuh demi menaikkan gengsi dan gaya hidup.

D O S A

Pengertian Dosa
  1. Dosa ialah suatu perbuatan yang menyebabkan terputusnya hubungan antara manusia dengan Allah, karena manusia mencintai dirinya atau hal-hal lain sedemikian rupa sehingga menjauhkan diri dari cinta kasih Allah.
  2. Seseorang dikatakann berdosa apabila perbuatannya melwan cinta kasih Allah itu dilakukan dengan BEBAS (tidak dalam keadaan dipaksa), SADAR (tidak dalam keadaan terbius), TAHU (mengerti bahwa perbuatan itu jahat)
  3. Dosa menciptakan kecondongan kepada dosa; pengulangan perbuatan-perbuatan jahat yang sama mengakibatkan kebiasaan buruk. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang salah, menggelapkan hati nurani dan menghambat keputusan konkret mengenai yang baik dan yang buruk. Dosa cenderung terulang lagi dan diperkuat, namun ia tidak dapat menghancurkan seluruh perasaan moral. (KGK 1865)

Katekese Liturgi-Suatu Keharusan

Bapa konsili melihat bahwa perayaan liturgi, terutama perayaan Ekaristi, merupakan puncak yang dituju oleh seluruh kegiatan dan karya kerasulanan Gereja, sekaligus merupakan sumber segala daya kekuatannya Sacrosanctum Concilium (SC 10] Sedangkan Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) menambahkan bahwa pekerjaan sehari-hari dalam kehidupan Kristen juga berkaitan erat dengan perayaan Ekaristi: bersumber dari padanya dan tertuju kepadanya (PUMR 16). Dengan kata lain, liturgi merupakan sumber utama yang tak tergantikan untuk menimba semangat kristiani yang sejati. Hal ini mengandaikan dan menuntut partisipasi sadar, aktif dan sepenuhnya dari kaum beriman yang mengambil bagian dalam perayaan liturgi (SC 19). Dewasa ini haruslah diakui bahwa di mana-mana tingkat partisipasi umat beriman dalam perayaan Ekaristi sudah menunjukkan kemajuan dan sernakin meningkat, namun tidak sedikit juga umat yang terus saja pasif dan kurang bergairah dalam mengikuti perayaan Ekaristi,

Rabu, 02 Juni 2010

Dasar Iman Katolik

Pengantar
Hampir semua denominasi Protestan mengatakan Hanya Alkitab sumber Iman Kristiani (Sola Scriptura) tetapi tidak untuk gereja Katolik. Lalu apakah dengan ini gereja Katolik tidak menghargai kitab suci? oh tentu tidak sebab alkitab sendiri ditetapkan oleh gereja Katolik maka adalah aneh jika justru Katolik tidak menghargai kitab suci (untuk lebih jelasnya baca Sejarah Alkitab). Gereja Katolik menerima Kitab suci sebagai dasar iman tetapi bukan satu-satunya dasar iman. mengapa? sebab masih ada 2 hal yang lain yaitu:

1. Hak Mengajar Gereja (Magisterium).
Mengapa Gereja memiliki wewenang mengajar? sebab Gereja adalah Pondasi kebenaran "...jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran" (1 tim 3:15) dan juga karena Yesus sendiri memberikan wewenang itu kepada Petrus secara pribadi (Mat 16:18-19)(untuk lebih jelasnya lihat tentang kePausan) dan kepada Para Rasul yang lain (Mat 18:18; Lk 10:16) atas dasar inilah maka jemaatawal taat pada pengajaran para rasul (Kis 2:42). lalu apakah hak mengajar ini hanya untuk para rasul atau diwariskan kepada para penggantinya? tentu saja hak mengajar ini diwariskan sebab Yesus menjanjikan Gereja-Nya akan bertahan sampai sepanjang masa (Matius 28:20), kita tahu para rasul tidak akan bertahan sepanjang masa karena mereka adalah manusia tentu secara akal sehat pastilah wewenang itu diwariskan supaya gereja dengan pola yang sama seperti dahulu (Apostolik) tetap bertahan sepanjang masa.