BEGITULAH ungkapan sebuah media Belanda, Eindhovens Dagblad pada tahun 1995 kepada Pater Leo Joosten OFMCap, rohaniwan Katolik asal Belanda yang kini menetap di Kabanjahe, Sumatera Utara (Sumut).
Dalam media itu, sehubungan dengan peringatan 50 tahun kemerdekaan Indonesia, Pater Leo mengimbau warga Belanda untuk mengembalikan lagi berbagai tulisan, artefak, dan beragam benda lain yang berkaitan dengan Batak yang telah pernah dibawa pergi oleh penguasa Belanda ketika menguasai Indonesia.
Sebagai catatan, “Batak” dalam tulisan ini adalah semata etnis Batak Toba, karena etnik Karo, Mandailing, Simalungun, Pakpak, dan Angkola umumnya tidak mau disebut Batak.